Menggantung mimpi (bag. 2)

Tris menaiki sepeda yang hampir menyaingi tinggi tubuh kecilnya, menuju ujung pantai. 

Sesampainya di rumah yang beratapkan daun dan berdinding triplek yang diperkuat dengan kayu-kayu akasia muda agar ketika angin dipantai bertiup kencang rumah itu tak ikut tertiup seperti daun-daun Ketapang dan penage yang tumbuh disepanjang pantai. 

"Assalamualaikum", teriak Tris sambil membuka pintu  rumahnya, dilihatnya sahrel tidur di dalam ayunan. Tak ada siapapun didalam rumah, Tris segera keluar, "mungkin Mak agik di pantai", pikirnya. 

Ketika membuka pintu ia dapati Tia yang sedang menyandarkan sepeda butut nya di pohon akasia. "Abang Mane long ?". Tanyanya. 

"Pasar ikan", jawab Tia singkat sambil mengelap keringat yang banjir di dahinya dengan leher bajunya, "sahrel Mane Tris ?" Tanya nya kemudian. "Tidok", jawab Tris sambil berlalu meninggalkan kak long nya.

"Kau nak kemane ?" Teriak Tia melihat Tris yang berlari agak laju menuju pantai.

"Nyarek Mak !" Teriak nya lagi. 

***

Ifan tak dapat memejamkan mata, sebenarnya ia mengantuk berat. Tapi bayangan kejadian malam kemarin mengganggunya. Dengan jelas ia melihat Mak dan bapak nya bertengkar hebat di warung kecil yang berada di depan gubuk tempat mereka tinggal. Bayangan bapak mendorong tubuh Mak ke dinding warung hingga dinding papan itu patah, dan Mak tak mau kalah. Mak bangun dan meninju wajah bapak hingga keluar darah dari hidungnya. Serangan balasan dari Mak sangat tak disangka bapak. Mak kembali meninju dan memukul bapak bertubi-tubi. Bapak akhirnya lari dan tak pulang malam itu. Mak kembali menutup malam dengan omelan panjangnya, yang membuat Ifan sulit memejamkan mata. Rasa takut dan sedih bercampur di dalam dirinya, iya yakin kak long dan adiknya Tris juga sama dengannya. Tapi mereka hanya bisa diam membisu dan kemudian pura-pura tidur untuk menghindari Omelan mamak nya.


Bersambung...


Komentar

  1. Oanjuut mbaaa, keren ih penggambaran settingnya kaya beneran ada

    BalasHapus
  2. waduh, penisirin kenapa mereka bertengkar tuh..

    BalasHapus
  3. Ya...Allah, lagi mmembayangkan kejadiannya ada di depan mata dan abis itu kepotong...

    Kakak, kepotek nih hatikuuu..

    BalasHapus
  4. Bagus... Berasa melihat kejadian langsung, ayo semangat asah terus biar jadi novel.

    BalasHapus
  5. Suka dengan gambaran settingnya, terasa, warung dan suasana pantai yang nyambung ya,

    BalasHapus
  6. Yah bersambung hahahahhaha
    Baca ceritanya, berasa jadi tokoh numpang lewat deh, detail sekali penggambarannya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

TERJEBAK (bag.1)

Menulis