Adab


Berasa pedas mata ini. Melihat para santri-santri bolak balik di warung kecil yg menjual aneka gorengan dan minuman dingin yang harganya jelas bersahabat dikantong mereka. Masalahnya bukan pada apa yg mereka belanjakan dan berapa banyak belanjanya. Tapi cara anak-anak ini makan dan minum sambil berdiri yang jauh dari Sunnah yang diajarkan Rasulullah. Akrabnya disebut adab. 

Adab makan dan minum, ini mungkin hal sepele dalam keseharian, tapi ketika ini tak terbiasa dilakukan maka ini jadi hal yang berat untuk diterapkan. 

Benar saja. Belum selesai aku mengamati cara mereka makan dan minum sambil berdiri dan berjalan-jalan santai, ada yang makan pakai tangan kiri ada juga yang sambil tertawa-tawa bercanda dengan teman-temannya. Ada juga yang makan sambil berlari ketika melihat ustad dan ustadzah pembimbing kelompoknya datang. Seketika datang pembeli ke warung ini. Kali ini seorang wanita dewasa. Sambil memilih jenis gorengan ia mencomot satu gorengan bakwan dan membubuhi dengan sambal yang telah disiapkan dalam botol. Kemudian memakannya dengan santai sambil berdiri. Padahal tak jauh dari tempatnya berdiri ada kursi yang kosong. Dan meja kursi tempat ku duduk juga kosong, karna cuma aku dan satu  santri putri yg duduk disini.

Kemudian ada orangtua yang mengantar putrinya, sebelum masuk ke gerbang taman pendidikan Al-Qur'an, sang putri meminta kepada ayahnya untuk jajan terlebih dahulu. Sang ayah mengizinkan dan memberi uang lima ribuan kepada anaknya. Setelah selesai membayar satu kantong es teh dan tiga tusuk sosis kepada penjual gorengan, ia berjalan menuju sang ayah yang masih setia menungguinya diatas motor, dan tanpa sabar ia langsung menyeruput es teh di tangan kanan dan makan sosis yang ada ditangan kirinya. Tanpa reaksi atau teguran apapun atas cara anaknya makan sang ayah malah mencomot satu sosis dengan tangan kiri dan memakannya. Padahal tangan kanannya tidak sedang memegang apapun. hatiku tambah sedih.

sekali lagi ini mungkin hal kecil, remeh, tapi aktivitas makan dan minum tidak lepas dari keseharian, jika ini dilakukan dengan adab maka Masyaallah besarnya nilai kegiatan ini dimata Allah. dan tidak sia-sia ajaran dan contoh yang disampaikan Mabi kita Muhammad SAW. 

Aku teringat salah satu buku kang Abik. Merindu Baginda Rasulullah. ada tulisan yang mengharukan disana ketika abah nya Rifa menegur cara putrinya makan, "Nduk...malu sama Baginda Nabi". kenapa malu??? iya karna Rasulullah diutus untuk membetulkan perilaku dan adab manusia agar tidak meniru hewan dan yang pastinya syaitan. 

Rasulullah juga sudah mencontohkan bagaimana cara nya makan dan minum dengan baik, agar makanan tak hanya sekedar mengenyangkan dan menyehatkan tubuh kita tapi juga bernilai ibadah dimata Allah. karna kita makan dengan menyebut nama Nya, lalu kita duduk dengan baik dan menyuapi makanan ke mulut dengan tangan kanan sebagai penghargaan atas rezeki yang telah Allah berikan. Rasulullah sudah mencontohkan bagaimana seharusnya Manusia yang juga hamba Allah harusnya bertindak selayaknya Manusia, bukan "yang lain". 

Jadi... Malu lah pada Baginda Nabi...

Komentar

  1. Memang berat sekali untuk diterapkan Kak, apalagi kalau mayoritas orang di sekitarnya tidak menerapkannya 😢

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya kak sedih lihatnya, jadi pengingat juga untuk diri sendiri, insyaallah setidaknya dimulai dari diri kita, keluarga dirumah, teman-teman dekat, semoga bisa terbiasa melakukannya aamiin

      Hapus
  2. Abis dengerin kajian tentang tafsir alfatihah, pas dibahas juga tentang adab-adab. Astaghfirullah banyak yang perlu kuperbaiki

    BalasHapus
  3. Astaghfirullah....hal ini memang terlihat simpel tapi untuk melakukan kadang ada sajaaa. Perlu memaksa diri lagi agar itu menjadi karakter

    BalasHapus
  4. Hal seperti ini memang harus dibiasakan sejak dini, atau anak-anak akn menjadikannya sesuatu yang biasa karena dibiarkn begitu saja

    BalasHapus
  5. Baca artikel ini berasa ditampar-tampar, hal sepele saja kalau dibiarkan bisa jadi kebiasaan dan apabila tak ada bantu yang mengingat

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

TERJEBAK (bag.1)

Menulis

Menggantung mimpi (bag. 2)