Menulis

 

Menulis

 

 

Menjawab tantangan Panitia Oprec angkatan 9 kali ini untuk ku hanya ada jawaban sederhana, menulis mungkin bukan bakatku, tapi menulis pernah kulakukan setiap kali ada mood bagus yang hujan kata-katanya meluncur deras didalam kepala. Berbeda dengan saudari serahimku, ia dengan mudah menulis dan membuat cerita yang menarik dan membuat ku terkagum-kagum dimana dia mempelajarinya. Kemampuannya menulis juga semakin baik saat ia mengikuti ODOP angkatan ke-2. Kadang ada perasaan iri padanya, kok mudah sekali ia merangkai kata yang bagus dan menjadi cerita yang menarik. tulisan nya udah mirip bersin saja dikala sedang terserang flu. cukup hatchiii... udah jadi tulisannya.

Semakin kesini aku semakin suka dan ingin menulis, “tapi apa yang bisa kutulis ya?”. Ini selalu jadi pertanyaan yang membuat keinginan menulisku hilang. Hanya ada di pikiran tapi tak bisa tertuang. Mungkin ini sebab aku jarang membaca, hanya membeli buku saja lalu kemudian disimpan di deretan rak buku dengan janji “nanti kau (buku baru) akan ku baca saat hari free sholat ku tiba”. Begitu tiba hari itu aku malah membaca buku lain yang sedang kubutuhkan untuk di baca. Dan itu pun kadang tak habis ku baca.

Harapan ku tak banyak, aku hanya ingin bisa membuat satu kalimat yang dapat menginspirasi  dan menyemangati diatas sebuah gambar yang kubuat. Ya, menggambar memang hobi ku, dan aku ingin membubuhi sebuah rangkaian kata diatas gambar-gambar yang kubuat. Sederhana saja.

Setiap hari keinginan menulis itu semakin besar, tapi yang menaklukkannya juga besar “Mau nulis apa?”. Kata-kata ini mampu memupuskan keinginanku.

Kalau spirit kakak ku menulis berawal dari kegemaran kami yang sama yaitu membeli buku, lalu saat buku-buku itu mulai banyak di rak buku milik kami, ia menatap susunan buku-buku itu. Suatu hari ia ingin ada namanya tertera dan terlihat di punggung cover buku yang ikut berderet bersama buku-buku dari penulis-penulis favoritnya. “Wah mulia sekali cita-citamu mi” sambut ku. Dan mimpinya terwujud. walau bukan menulis solo, ikut dalam kumpulan tulisan-tulisan bersama teman-teman menulisnya sudah terwujud. Aku jelas tak mau ketinggalan untuk memiliki buku-bukunya. Love Pasta, Secangkir Sahlab Beraroma Surga di tanah Filistin, littel chik, Kandelastin dan masih banyak lagi artikel yang ditulisnya dibeberapa majalah dan koran-koran juga blog miliknya. Hemmm. Aku begitu mengaguminya dan ingin mengikuti jejaknya walau tak sampai sebaik dia dalam menulis. Tapi kok rasanya berat melangkah di awal penulisan. Sampai aku menemukan tulisan dan nasehat dari seorang ulama besar Ibnu Jarir Ath Thabari

 


GEMAR MENULIS


Ibnu Jarir Ath Thabari (wafat pada usia 86 tahun, pada tahun: 310 hijriah) mewariskan karya ilmiahnya dalam berbagai disiplin ilmu keislaman: tafsir, tarikh, fikih dan lainnya kurang lebih 351.000 halaman.


Tidak ada satu detikpun dari hayatnya yang terlewatkan untuk menulis.


Bahkan saat beliau sakit menjelang sakaratul maut, yakni satu jam atau kurang sedikit sebelum beliau wafat. Beliau dikabarkan masih menyempatkan waktu untuk menulis sebuah doa dari Rasulullah yang diriwayatkan oleh Ja'far bin Muhammad. 


Lalu salah seorang bertanya, "Dalam kondisi seperti ini, Anda masih menulis?," Ath Thabari menjawab, "Seyogianya, seorang manusia tidak pernah meninggalkan menulis ilmu hingga ia mati!".


Nama Ibnu Jarir Tetap Dikenang Selaras dengan Keabadian Tulisan dan Warisan Keilmuannya. 


Sungguh benar apa yang diungkapkan oleh Ibnul Jauzi, "Kitab tulisan seorang ulama adalah anaknya yang abadi."


#BPISMAITHI

 

membaca tulisan singkat itu membuatku menangis, 

"Seyogianya, seorang manusia tidak pernah meninggalkan menulis ilmu hingga ia mati!".

"Kitab tulisan seorang ulama adalah anaknya yang abadi."

kalimat-kalimat bijak itu berulang-ulang terdengar dan menggema di kepala, aku teringat dengan Sayyid Sabiq dan karya-karya fenomenalnya yang hingga kini menjadi referensi bagi mereka yang ingin mempelajari fiqih sunnah, sayyid Qutb yang menyelesaikan tafsir Fi-Zhilali Qur'an nya di dalam penjara, Said Hawwa yang atas kecintaan dan kerinduannya kepada sosok agung Rasulullah kemudian mempelajari bebagai macam kitab untuk dapat menuangkan tulisan kerinduannya dalam buku Ar-Rasul, ada Habiburrahman El Shirazy yang tulisan-tulisan Novel nya memiliki ruh Pembangun Jiwa. 

ya mereka telah memberikan warisan yang bermanfaat, mereka telah melahirkan anak-anak yang abadi yang dapat menginspirasi, memberikan semangat dan pemahaman ilmu yang jangan tanya pahalanya insyaAllah jadi pahala amal jariyah.   

kenapa takut menulis Ka, bacalah lalu tuangkan apa yang kau baca, jika telah kosong baca lagi buku apapun yang kau suka, lalu tuangkan lagi kedalam tulisan-tulisan singkat yang kau mampu, seperti sedang dinasehati oleh seorang Ibnu Jauzi aku kemudian mengiyakan semua kata-kata itu. Aku harus menulis, menulis membuatku membaca, dan membaca membuat ku mempertanggung jawabkan buku-buku yang sudah kubeli. 

kadang untuk mensukseskan dan menguatkan niat yang baru lahir itu dibutuhkan penjagaan yang ekstra, jika tidak ya seperti hari yang sudah-sudah akan gugur niat itu seperti serasah. mumpung semangat ini sedang menyala ku hubungi kakak ku, aku ingin ikut pelatihan menulis di ODOP seperti sarannya dulu. gayung bersambut kesempatan itu belum tertutup, mungkin rezeki ku, kakak memberikan info yg ternyata akan kadaluarsa di jam 23.59 tanggal 24 Agustus yang lalu. maka kupenuhi syarat yang di pinta panitia. entah dari mana ilham itu datang mungkin karna waktu yang hampir kehabisan, aku selesai mengirimkan tulisan singkat yang telah ditetapkan sebagai syarat. entah akan diterima atau tidak, tapi itulah yang aku bisa dan taraaaa disinilah aku sekarang. di rumah baru ku yang sederhana, dibantu Kakak ku, panitia oprec mas Wakhid dan mas ugi yg juga ikut serta menjadi peserta di ODOP angkatan 9 untuk membuat blog. blog tempat aku berlatih menulis dan memaksakan diri untuk menulis. semoga Allah mudahkan usaha ku. aamiin 

 

 

 

 

 

Komentar

  1. Ah bener, menulis itu juga ibarat mengamalkan ilmu, memelihara dan menjaga konsistensinya

    Semangat kakak

    BalasHapus
  2. Masya Allah, suka sekali dengan tulisannya mb. Muatannya berbobot

    BalasHapus
  3. Jadi termotivasi lagi untuk lebih banyak membaca buku agar ada hikmah yang bisa dituliskan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rika jadi ingat sebuah judul buku nih bund. "Karena Buku senikmat Susu".

      Hapus
  4. Tulisannya panjaang, tapi gak berasa bacanya..
    Good job, Kak..
    Semangat selalu

    BalasHapus
  5. Eh ini aja udah bagus kok kak tulisannya.. Keep blogging kak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. insya Allah Mba yuni,
      tulisan mba juga banyak menginspirasi

      Hapus
  6. Baca ini pas lagi capek adaptasi aktivitas, adem banget
    Makasih ya kak

    BalasHapus
  7. karena membiasakan diri denga hal-hal baru butuh kerja lebih keras ya,,,kak.. semangat!!!

    BalasHapus
  8. Selamat berjuang dalam peribadatan pena!

    BalasHapus
  9. Mengalir nih tulisannya. Good job. 👍

    Pengen kenalan dong mba dengan kakaknya. 😁

    BalasHapus
  10. Wah Kakak hobi menggambar juga ya Kak, keren...

    BalasHapus
  11. Keren, Kak. Semoga selaldu diberikan kemudahan😍

    BalasHapus
  12. menulis dan membaca kak, dua hal yg tak terpisahkan

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

TERJEBAK (bag.1)

Menggantung mimpi (bag. 2)